Ikuti Kami :
Ikuti Kami :
DIGITAL SCHOOL
SEKOLAH KRISTEN KALAM KUDUS PADANG
Home Informasi Kalam Kudus Edu

Asal Mula Ilmu Kimia

Daftin - 04 April 2023
Total Dilihat : 295
Share Via :

Ilmu kimia modern mulai berkembang 200 tahun yang lalu dari studi-studi kuno yang dilakukan para ahli alkimia, atau ahli alkemi, selama 2.000 tahun sebelumnya.

Berabad-abad yang lalu, sebagian besar orang mempelajari kimia dengan tujuan yang sama: menemukan cara mengubah logam biasa, seperti timbal dan besi, menjadi emas. Selain mahal, emas dianggap mampu menyembuhkan semua penyakit dan memberikan hidup abadi.

Alkimia bisa dilacak balik ribuan tahun yang lalu pada berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para filsuf, tukang sihir, dan pengamat bintang. Tulisan paling awal tentang alkimia berasal dari Mesir (1500 SM), Cina (600 SM), dan Yunani (500 SM). Ada yang menganggap istilah alkimia berasal dari kata Arab al-Khem yang berarti 'seni dari Mesir'.

Seperti yang dilakukan oleh para kimiawan modern, awalnya para ahli alkimia atau alkemi menghabiskan waktu mereka dengan bekerja keras mengubah suatu zat menjadi zat lain. Namun, tidak seperti kimiawan modern, mereka tidak melakukan eksperimen ilmiah untuk menemukan mengapa dan bagaimana suatu perubahan terjadi. Berabad-abad, mereka hanya mengisi waktunya dengan mengaduk dan memanasi berbagai campuran aneh. Mereka melakukan itu sambil mengucapkan mantera-mantera. Namun, meskipun tidak berhasil mengubah logam biasa menjadi emas, para ahli alkimia ini menemukan banyak peralatan yang bermanfaat. Mereka dapat mengembangkan teknik membuat larutan serta menemukan teknik memisahkan campuran dengan cara melakukan penyaringan dan penyulingan.

Para ahli alkimia berpikir bahwa hanya ada empat unsur: udara, tanah, api, dan air. Setiap unsur mengandung dua dari empat sifat: dingin, kering, panas, dan basah.

TEORI ALKIMIA

Salah satu teori utama alkimia adalah teori tentang empat unsur. Teori ini mengatakan bahwa semua zat terbuat dari campuran berbeda dari hanya empat unsur. Keempat unsur itu adalah udara, tanah, api, dan air. Setiap unsur terbuat dari pasangan di antara empat sifat: dingin, kering, panas, dan basah (lembap). Api adalah gabungan panas dan kering. Tanah adalah gabungan basah dan dingin. Udara adalah gabungan kering dan dingin. Sedangkan air adalah gabungan basah dan panas.

Para ahli alkimia ingin menjelaskan suatu proses seperti mendidih dengan menyatakan bahwa panas mengubah dingin dari dingin basahnya air, sebagai contoh, menjadi panas basahnya udara yang adalah uap.

KEMUNDURAN ALKIMIA

Studi alkimia mencapai puncaknya pada sekitar tahun 1400 M. Setelah itu, orang mulai meragukan teori-teori alkimia. Orang mulai melakukan percobaan-percobaan atau eksperimen-eksperimen. Mereka melakukan pengukuran secara lebih teliti. Mereka berusaha menjelaskan apa yang mereka lihat tanpa perpatokan pada takhayul-takhayul. Studi-studi ini perlahan-lahan menjadi lebih terorganisasi dan ilmiah. Sementara itu, penyebaran buku cetakan membantu para sarjana berbagi pendapat.

KELAHIRAN ILMU KIMIA

Ilmu kimia dan alkimia dipakai bersama- sama hingga pertengahan abad ke-17. Tahun 1661, kimiawan Inggris, Robert Boyle (1627-1691) menerbitkan The Sceptical Chymist. Buku ini membantu memisahkan ilmu kimia dari alkimia dan membentuk ilmu kimia sebagai subjek tersendiri.

Boyle menggunakan gagasan rahib dan filsuf Roger Bacon untuk menetapkan aturan- aturan penyelidikan ilmiah. Boyle menunjukkan atau menjelaskan eksperimen- eksperimen yang membuktikan bahwa sistem empat unsur tidak dapat menjelaskan sifat banyak zat. Sebaliknya, Boyle mengatakan bahwa setiap unsur adalah zat tunggal murni yang tidak dapat dipecah menjadi zat yang lebih sederhana. Minat atau perhatian kepada alkimia berangsur lenyap ketika para kimiawan mulai memusatkan diri untuk memurnikan zat-zat dan dengan saksama menyelidiki sifat-sifatnya.

PERKEMBANGAN ILMU KIMIA

Pada tahun 1766, ilmuwan Inggris, Henry Cavendish menemukan cara membuat gas hidrogen dengan menuangkan asam pada logam, seperti seng atau besi. Dia menyebut gas tersebut 'udara yang mudah terbakar karena dia menemukan bahwa percikan api korek api mudah membakarnya.

Sekitar tahun 1772, ahli kimia Swedia, Carl Scheele (1742-1786) menemukan oksigen dalam udara. Pada tahun 1781, kimiawan Inggris, Joseph Priestley PE (1733-1804) menunjukkan bahwa air terbentuk kalau hidrogen terbakar di udara. Kemudian, Cavendish membuat air dengan membakar hidrogen dalam oksigen. Semua hasil percobaan ini dikumpulkan selama 15 tahun, walaupun belum ada yang dapat memahami sepenuhnya hal itu.

Kemudian di tahun 1783, kimiawan Prancis, Antoine-Laurent Lavoisier mengulang eksperimen Cavendish dan menggunakan gagasan tentang unsur untuk menjelaskan hasil-hasil percobaan yang ada. Lavoisier mengatakan bahwa hidrogen dan oksigen adalah unsur-unsur dan air adalah senyawa dari keduanya. Dia juga mengatakan bahwa logam adalah unsur, sedangkan asam adalah senyawa yang mengandung hidrogen. Jika asam dan logam bercampur, maka logam menggantikan tempat hidrogen yang terlepas dalam bentuk gas. Gagasan Lavoisier, bahwa unsur-unsur dapat memisahkan diri dan dapat bergabung lagi satu sama lain dalam kombinasi berbeda, adalah salah satu dasar ilmu kimia modern.


KOMENTAR
Berikan Komentar
Belum ada Komentar
Informasi Terkait