Asap Yang Mengepung
[ cerpen karya : Adolf Utama ]
“Hai…..cucuku!”
"Hallo, nenekku yang rajin memasak!”
“Cu, tolong ambilkan piring untuk lauk ikan pangek ini!”
“Baik, nek.”
"Taraaaaa..."
Mbah berpeluh keringat di dekat kompor minyak tanah, berlatar belakang barang–barang antik, asap yang mengepung serta langit–langit atap yang menghitam. Masakan mbah terlihat menggiurkan.
Aku suka bermain kelereng gundu di halaman sekolah bersama teman–teman di sekolahku . Aku sangat berterima kasih sekali kepada nenek, karena sudah mengajariku memasak ikan pangek, memberikanku permainan kelereng dan mengisi waktu liburanku di kampung halaman bersama nenek.
“Nit...... Nit......”
Suara klakson bus tiba–tiba mendekati rumah nenekku artinya aku harus segera siap–siap untuk pulang ke kota. Aku mengambil tas ranselku dan kotak bekal makananku. Aku tak lupa untuk mengambil beberapa fotoku bersama nenek menggunakan HP androidku.
"Jepret...... jepret......"
Raut wajah nenek terlihat sedih dengan kepulanganku, aku berusaha untuk menghibur nenek supaya aku akan balik ke sini lagi untuk berlibur bersama nenek dan memastikan bahwa aku akan baik–baik saja selama di perjalanan pulang menuju ke rumah ortuku di kota.
Bus telah tiba di depan rumah nenekku. Aku memeluk nenek sambil pamit pulang.
“Sampai berjumpa lagi, mbah...”
“Iya, cu...sampai jumpa kembali.”
Selama di perjalanan, aku merasa sedih karena teringat nenek akan sendirian di rumah ketika aku pulang. Aku menghibur diriku dengan melihat pemandangan dari dalam jendela busku. Aku memandangi tebing–tebing gunung, hamparan sawah, dan kebun kopi.
"Wah.... betapa menyenangkan liburanku di kampung bersama nenek." Sembari menikmati lauk ikan pangek.
Di liburan semester selanjutnya, aku datang ke kampung mbahku bersama adikku, Tiara. Aku membawa panci baru untuk hadiah nenekku. Sedangkan Tiara membawa keripik kentang kesukaan nenekku. Kali ini, kami ke kampung halaman nenek menggunakan transportasi kereta api. Wuahh...naik KA sungguh membosankan! Sudah tibanya lama, di dalam KA pun hanya bisa duduk dan melihat pemandangan. Aku berharap KA dapat segera tiba, hingga aku bisa melepas kangen dengan nenekku tercinta.
"5 jam...7 jam..."
"Aku berharap...ayo...ayo...lekaslah tiba..."
Tersisa 5 jam lagi aku hanya duduk terdiam dan menikmati kebosanan di atas KA. Aku lupa membawa cemilan dan susu coklat dari rumah.
"Tiara, abang merasa bosan di atas KA ini. Abang ingin tidur, ya. Nanti setiba di stasiun, tolong bangunkan abang ya, Tiara.”
“Baik, bang...nanti Tiara bangunkan.“
Tak terasa waktu 5 jam yang tersisa itu sangat lama. Sehingga membuat Tiara mendengarkan lagu melalui earphonenya sembari melihat pemandangan. Ternyata, hal itu pun membuat tiara mengantuk & tertidur pulas. Tahukah anda? Apa yang terjadi dengan kami? Yaaaa...ampun!! Kami ketinggalan stasiun. Wuaahh...kami terpaksa harus turun di stasiun perhentian selanjutnya. Dan akhirnya tibalah kami di stasiun terdekat.
“Bang, ayo kita pesan tiket KA lagi ke tempat nenek.”
“Ayoooo...”
“Wahh, uang Tiara tinggal 10rb lagi...bang punya uang berapa?“
“Aduhh, sudah jelas abang lupa membawa uang kertas”
“Jadi, bagaimana cara kita mau beli tiket KA?“
"Kita cari kerjaan mencuci piring di kios makan dulu yuk, dek.“
"Baik, bang.”
Tak terasa, uang pun terkumpul untuk membeli tiket KA menuju ke stasiun nenek.
“Horeee!” seru Tiara.
“Akhirnya kita bisa pergi ke tempat nenek lagi...“
"Bang, jangan sampai ketinggalan oleh–oleh untuk nenek ya...”
"Oh iya, baik Tiara. Terima kasih sudah mengingatkan.”
"Tiara tolong bawakan oleh–oleh untuk nenek dong...biar abang yang pegang tiket KA-nya.“
"Baik bang. Oh ya...jadwal keberangkatan KA jam berapa ya?"
"Jam 7 malam, Tiara.”
"Bang, ayoooo kita tunggu di ruang tunggunya. Disana yuk...supaya kita tidak ketinggalan jadwal KA.”
"Siap, boss besarku.”
Yap, itulah yang di tunggu–tunggu. KA-nya tiba on time.
"Horee..." seru tiara.
Kami menuju stasiunnya menempuh waktu 1 jam 30 menit. Berarti, kami tiba di stasiun nenek pk. 20.30. Kami sudah tidak mau untuk tidur di atas KA lagi karena kami takut ketinggalan KA. Akhirnya, kami memutuskan untuk main “ludo” dari HP abang. Kami bermain ludo hampir 3 sesi dan terakhir kami main ular tangga via “HP” juga. Wahh...serunya bermain bersama adik.
Tak terasa kereta api pun tiba di stasiun kampung halaman nenek, kami pun bergegas mengambil koper yang kami bawa, yang berisikan pakaian yang akan kami gunakan selama berlibur di kampung halaman nenek.
”Aduuuuuhhhhhhhh...kak tolong dong angkatkan koper aku, ini berat sekali!”, ucap Adik.
"Oh ya sini kakak bantu.”
Kami memilih menggunakan becak menuju ke rumah nenek. Dan setibanya di rumah nenek, aku mencari buah tangan yang aku bawa dari kota.
"Ohhhh noooo! Oleh–olehnya tertinggal di atas kereta api."
"Dik kamu tidak membawa turun buah tangannya yah?“
"Iyaaaahhhh, maaf kak aku lupa membawa turun.“
"Aduuuuhhhhhh dek, kan udah kakak sampaikan tadi untuk membawa turun buah tangannya untuk nenek.“
"Habis...aku kewalahan mengangkat koperku yang berat. “
Lalu aku pun meminta maaf kepada nenek karena oleh-oleh yang ku bawa dari kota ketinggalan di atas kereta api.
“Iya cu, tidak apa apa. Di lain waktu kan masih ada bagi nenek untuk menikmati oleh-oleh dari kota."
Wah, senangnya liburan di kampung halaman nenek. Sudah menikmati masakan ikan pangek nenek, ketinggalan stasiun, ketinggalan oleh-oleh untuk nenek. Hahaha...ternyata bukan seru saja , tetapi ada sedihnya juga, karena kami tidak jadi memberikan oleh-oleh untuk nenek, karena kelalaian adik.
* TAMAT *