Ikuti Kami :
Ikuti Kami :
DIGITAL SCHOOL
SEKOLAH KRISTEN KALAM KUDUS PADANG
Home Informasi Student Articles & Artwork | SMA

I'm The Devil (cerpen karya : Diah Fibri Dwina M.)

Daftin - 12 Januari 2022
Total Dilihat : 654
Share Via :

I'm The Devil [ cerpen karya : Diah Fibri Dwina Mendrofa ] Malam tanpa adanya cahaya bulan dan bintang, terdapat seorang berjubah hitam di sebuah ruangan dengan cahaya yang sangat minim. Duduk disebuah kursi miliknya seorang, dan ruangan itu hanya milik seorang DEVAN BIYURA PRATAMA. “ah, sial” ucap Devan sambil memegang kepalanya. “lagi-lagi aku memikirkan hal yang seharusnya tidak kupikirkan!” ucap Devan lagi. “kepalaku sakit sekali” ucap Devan lagi dan lagi.

Devan lagi-lagi memikirkan seorang perempuan culun di sekolahnya, gadis itu pendiam dan hal itu sangat membuatnya penasaran. Seorang Devan sempat tak habis pikir dia yang memiliki sifat dingin dan arogan ternyata diam-diam memperhatikan gadis culun di sekolahnya. “tuh, cewek kenapa sih buat gue penasaran?” ucap Devan bertanya-tanya pada dirinya sendiri. “ah, sudahlah buat gue pusing saja” ucap Devan pasrah.

Devan akhirnya memutuskan pulang ke rumah dan beristirahat karena besok dia juga harus sekolah.

***

Keesokan harinya di sekolah Devan berlaku seperti biasa dingin dan arogan membuat orang takut mendekatinya. Tiba-tiba seorang cewek menabraknya dengan sengaja untuk mencuri perhatiannya. “duh, maaf gue nggak sengaja” ucap cewek yang bernama Alena itu. “sini gue bersihin bekas minuman gue yang tumpah di baju lo” ucap Alena lagi dengan gaya centilnya.

“ga usah, gue bisa bersihin sendiri” ucap Devan dingin.

“ihhh, sini gue bersihin” ucap Alena memaksa.

Devan hanya diam membiarkan Alena membersihkan bajunya dengan tersenyum penuh makna. Malam ini akan ada permainan yang sangat menyenangkan pikirnya.

Pulang sekolah Devan seperti biasa akan pergi ke basecamp miliknya seorang. Basecamp tersebut berada di tengah hutan dan kawasan itu hanya miliknya, bila seseorang masuk di kawasannya sudah dipastikan orang tersebut akan hilang tanpa jejak.

***

Hari semakin gelap dan itu membuat seorang pemuda tersenyum di ruangan itu. Terdapat seorang cewek yang menjerit tanpa suara karena mulutnya yang dilakban.

“ehm….” racau cewek tersebut yang tak lain adalah Alena.

“berisik sekali!” ucap Devan bersikap tenang namun mengerikan.

“apakah kau tidak bisa diam?” ucap Devan dengan nada mengerikan.

“ehm….” racau Alena lagi.

“oh, apa yang ingin kau katakan?” ucap Devan geram sambil membuka lakban yang menutupi mulut Alena kasar.

“lo bajingan” umpat Alena.

“hahaha” Devan tertawa.

“oh sayang kenapa engkau marah?” ucap Devan sambil membelai pipi Alena.

“bukankah ini yang engkau inginkan dekat denganku?” ucap Devan lagi.

“gue suka sama lo Devan tapi nggak kaya gini caranya, lo nyulik gue” racau Alena tidak jelas.

“apakah aku peduli? oh, tentu tidak hahaha” ucap Devan dengan keras dan lantang.

“Malam ini akan sangat menyenangkan bagi kita berdua sayang” ucap Devan dengan nada yang mengerikan.

“Apakah kau tidak mau berdoa di hari terakhirmu sayang?” Sahut Devan lagi

“lo mau ngapain gue hah, nggak,nggak gue mohon jangan, TOLONG-TOLONG” teriak Alena dengan keras.

“teriaklah sepuasmu” ucap Devan dengan tertawa yang mengerikan.

“lo psikopat” ucap Alena dengan tangisan.

“aku sudah bilang padamu tadi, kalau aku bisa membersihkan kotoran yang kau tumpahkan di bajuku” ucap Devan dengan lantang.

“namun kau tidak mendengarkanku, harus aku ingatkan aku tidak suka seseorang menyentuhku” sahut Devan lagi.

“gue mohon Devan lepasin gue” ucap Alena.

“aku tidak peduli kau harus mati, aku tidak menyukaimu dan gaya centil mu itu kau seperti jalang” ucap Devan menggebu-gebu sambil memegang dagu Alena.

“kau jahat Devan kau jahat” racau Alena.

Dengan sekali tebasan samurai kesayangan Devan, Alena terbelah menjadi dua. Devan tertawa sekeras-kerasnya layaknya orang gila dan berpikir permainan yang seperti ini sangat menyenangkan dan tidak ada yang tahu bahwa seorang Devan adalah PSIKOPAT.

“ah capek sekali” ucap Devan.

“Rasanya kurang bila hanya satu yang kumainkan, andai saja banyak rasanya seperti berwarna-warni hidupku ini” racau Devan dengan gila.

“darah yang melimpah, darah yang muncrat kemana-mana, potongan daging membuatku puas rasanya” racau Devan dengan lebih gila lagi.

Devan menikmati hidupnya yang seperti ini, karena sesuatu alasan  yang membuatnya berubah seperti ini.


                                                                                                                                         ***

Di taman belakang sekolah terdapat seorang cewek, duduk sendiri sambil membaca buku. Devan melewati lorong taman dibelakang sekolah itu sambil memikirkan bagaimana caranya berkenalan dengan gadis culun itu.

“ahhh, bagaimana  caranya berkenalan dengan tuh cewek?” racau Devan sambil mengacak-ngacak rambutnya.

“santai Devan santai saja lo pasti bisa huh” ucap Devan dengan menyemangati dirinya sendiri.

“eh itu bukannya si cupu?” tanya Devan pada dirinya sendiri dengan suara kecil.

Devan menghampiri cewek tersebut sambil memasang wajah andalannya dingin dan arogan aslinya dalam hatinya Devan sangat deg-deg-an.

“ehem-ehem” deheman Devan mengejutkan cewek tersebut.

“ASTAGA” teriak cewek tersebut sambil mengelus dadanya.

“boleh gue duduk disini?” tanya Devan pada cewek tersebut.

“boleh” ucap cewek tersebut sambil menundukkan mukanya.

“kepala lo kenapa?” tanya Devan penasaran karena si cewek menundukkan kepalanya.

“ahhh, gapapa kak” ucap Cewek tersebut takut.

“kenalin gue Devan” ucap Devan sambil mengulurkan tangannya.

Setelah Devan memperkenalkan dirinya sendiri, cewek tersebut tidak menjawabnya melainkan cewek tersebut meninggalkan dirinya sendiri. Devan geram karena ia tidak menyukai seseorang mengabaikannya, tetapi dia tetap santai mungkin cewek tersebut malu dengannya pikirnya.

“lo cuma milik gue” cap Devan pada cewek cupu tersebut.

Sepulang sekolah Devan mengambil motornya di parkiran. Di tengah perjalanan ia melihat cewek cupu sedang diganggu oleh siswa dari sekolah lain, dan tentunya Devan geram akan itu. Dia memang tidak menyukai seseorang menyentuhnya tetapi dia juga tidak akan menyukai miliknya disentuh orang lain yang tak lain cewek cupu tersebut.

“bagus juga, ada berapa orang tuh?” ucap Devan sambil menghitung siswa laki-laki dari sekolah lain tersebut.

“lumayan ada 5 orang hehehe” ucap Devan dengan seringai yang menakutkan.

Devan melajukan motornya tanpa berniat menolong cewek cupu tersebut. Tetapi malam ini dia akan merencanakan sesuatu yang berhasil membuatnya tersenyum puas.

***

Devan seperti biasa menuju basecampnya, setelah sampai Devan mengganti bajunya dengan jubah hitam yang biasa dikenakan untuk melakukan permainan yang sangat menyenangkan menurutnya.

Di dalam ruangan tersebut sudah terdapat 5 orang anak laki-laki yang mengganggu cewek cupu tadi. Devan mengasah samurai kesayangannya sambil tersenyum bangga karena dia berhasil menjebak 5 orang anak laki-laki tersebut.

“Mengapa mudah sekali rasanya menangkap mereka hahaha” racau Devan keras sambil tertawa.

Devan berjalan mengelilingi mereka, menatap intens, bersikap dingin seperti biasanya. Devan mengamati seluruh tubuh mereka dari atas hingga bawah sambil membayangkan badan mereka terbelah menjadi dua.

“siapa ketua geng dari antara kalian berlima?” ucap Devan baik-baik.

“tidak tahu” ucap 5 orang anak laki-laki tersebut dengan serempak.

“AKU TANYA SEKALI LAGI, SIAPA KETUA GENG DARI ANTARA KALIAN BERLIMA?” teriak Devan dengan keras dan lantang membuat kelima anak tersebut takut dan terkejut.

“saya kak” ucap seorang laki-laki di antara mereka.

“siapa namamu?, ah aku tak butuh namamu, aku ingin bertanya apa yang sudah kau lakukan pada cewek cupu yang kau ganggu setiap harinya?” tanya Devan.

“kau pasti mengerti apa yang aku maksud?” tanya Devan lagi.

“aku hanya, aku hanya” ucap anak tersebut dengan terbata-bata.

“JAWAB CEPAT AKU TIDAK SUKA MENUNGGU” teriak Devan marah.

“aku pernah memperkosanya” ucap anak itu dengan cepat.

Devan terkejut akan perkataan anak tersebut tetapi dia cepat-cepat mengubah ekspresinya menjadi datar dan dingin. Dia mengeraskan rahangnya karena membayangkan nasib cewek cupu tersebut.

“bagus kau melakukan hal yang sangat bagus” puji Devan pada anak tersebut dengan santai. “oh tentu baguslah” ucap anak itu dengan percaya diri. “KAU BANGGA HAH DENGAN APA YANG KAU LAKUKAN ITU?” teriak Devan pada anak tersebut. “cewek cupu itu milikku bahkan kau menyentuhnya duluan sebelum aku walaupun begitu, aku juga tidak akan melakukan hal bejat seperti yang kau lakukan itu. Kau seperti binatang, tidak mempunyai otak, aku ingatkan aku tidak menyukai orang dengan sembarangan menyentuh milikku” ucap Devan panjang lebar. “Baiklah ini saatnya kalian akan mendapat hukuman atas apa yang telah kalian lakukan pada cewek itu” racau Devan dengan gila.

Sebelum anak-anak itu menjawab, Devan menebas kepala-kepala mereka dan membelah dua tubuh mereka. Devan tertawa sekeras-kerasnya sambil menangis.

“ah puas sekali HAHAHAHAHA” tawa Devan.

“hatiku sakit sekali mengetahui kebenarannya, ah bodoh kau Devan” racau Devan sambil memukul dadanya.

“pantas saja dia takut padaku saat aku ingin berkenalan dengannya ternyata dia trauma akan kejadian masa lalunya” ucap Devan sambil menangis.

Devan tidak tahu kenapa dia menangis dan entah sejak kapan Devan peduli dengan gadis tersebut. Devan akan menjaga dan melindungi cewek tersebut.

***

Devan memasuki pekarangan rumahnya menuju atas ke kamarnya tanpa mempedulikan orang yang berada di meja makan, dia membuka pintu dan merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil memejamkan matanya. Tiba-tiba Devan teringat akan gadis cupu di sekolahnya, Devan menghela napas.

“Gue ga bakalan ninggalin lo sendiri” ucap Devan pada dirinya sendiri.

“Gue sayang sama lo” ucap Devan tanpa sadar.

Devan akhirnya tertidur setelah mengucapkan kata-kata tersebut. Keesokan pagi Devan menuruni tangga menuju meja makan, mengambil roti dan meminum susunya, dia mengabaikan perkataan orang tuanya. Di ruang tamu Devan mendengar berita bahwa telah hilangnya seorang cewek yang Devan ketahui itu Alena dan kelima anak laki-laki tersebut yang tidak diketahui namanya. Devan tersenyum seperti iblis.

“Kalian tidak akan bisa menemukan pelakunya” sahut batin Devan sambil beranjak pergi meninggalkan pekarangan rumahnya tanpa memperdulikan kedua orangtuanya.

***

Di sekolah Devan mencari cewek cupu tersebut karena dia ingin membicarakan sesuatu.

“eh, cupu” ucap Devan sambil berlari.

“iiiya kak” ucap cewek itu terbata-bata.

“pulang sekolah ikut gue ya” ucap Devan pada cewek itu.

“kemana kak?” tanya cewek itu.

“ikut aja ga usah takut gue ga bakal ngapa-ngapain lo kok” ucap Devan meyakinkan cewek tersebut.

“ok kak” ucap cewek itu.

***

Sepulang sekolah Devan dan cewek tersebut pergi ke basecamp milik Devan, cewek tersebut masuk dan dipersilahkan duduk oleh Devan. Devan tersenyum diam-diam tanpa diketahui oleh cewek tersebut.

“apakah kau tidak mau memberi tahuku namamu?” tanya Devan.

“tidak” ucap cewek tersebut.

“baiklah aku akan memanggilmu BLOOD bila kau tidak ingin memberi tahu namamu” ucap Devan asal.

“kau tahu kemana Alena dan kelima orang laki-laki yang pernah mengganggumu?” tanya Devan.

“Tidak” jawab Blood (nama samaran yang diberikan Devan) itu.

“heh aku membunuh mereka semua” jawab Devan enteng.

“HAH” teriak Blood terkejut.

“tentu kau tidak ingin seperti mereka bukan?” tanya Devan mengancam.

“tidak, tidak kak” sahut Blood dengan cepat.

“oleh karena itu kau harus menuruti permintaanku” ucap Devan.

“baiklah kak” ucap Blood dengan cepat.

“baiklah, kau harus mau dan jangan membantah? bila kau membantah kau akan tahu akibatnya” ucap Devan mengancam lagi.

“e-eh ook kak baiklah aku akan menurutinya” jawab Blood dengan takut.

“bagus, gadis pintar” ucap Devan sambil menepuk pelan kepala Blood.

“kau harus bersamaku sepanjang waktu baik aku ketika membunuh, memotong, atau hal lainnya kau harus tetap bersamaku dan jangan pernah membantah” ucap Devan dengan gila.

Blood memikirkan cara untuk keluar dari ruangan neraka ini menurutnya sambil merencanakan sesuatu. Blood mengambil sesuatu dari sakunya saat Devan membalikkan tubuhnya ketika berbicara hal yang sama. Ketika Devan menghadapkan kembali badannya, Blood berdiri dan menusuk perut Devan dengan pisau kecil miliknya dan memutar pisau itu hingga perut Devan berlubang besar. Devan terjatuh dan memejamkan matanya. Blood berhasil kabur pikirnya Devan sudah mati, ketika Blood pergi Devan tersenyum iblis seakan dia baik-baik saja.

“dia melawanku HAHAHA” ucap Devan tertawa.

“DASAR SAMPAH” teriak Devan.

Devan geram karena lagi-lagi gadis itu mengabaikannya dan berniat membunuhnya, dia tarik kembali semua ucapannya kemarin yang berniat ingin menjaga dan melindungi gadis tersebut. Matanya menggelap dan ingin membalas dengan cara membunuh Blood perlahan-lahan.

***

Besoknya Blood memutuskan tidak datang sekolah, dia tampak gelisah karena memikirkan hal kemarin, tiba-tiba dia melihat jendela kamarnya dan melihat bayangan Devan. Blood terkejut dan menangis, dia memukul kepala dan dadanya. Setiap hari ia selalu melihat bayangan Devan, disaat dia pulang sekolah, makan, tidur, mandi, dan dimana-mana membuatnya terpuruk dan depresi karena takut. Blood merasa dihantui, malam hari ia merencanakan sesuatu. Blood telah capek dengan dunia yang dihadapinya, Blood menggantung dirinya disaat itulah Devan muncul entah dari mana menebas tubuh Blood dan pergi dari sana dengan cepat.

*** 

Devan pergi ke basecampnya dan mengganti jubah hitamnya dengan baju biasa, dia tertawa sekeras-kerasnya dengan sangat gila.

“AHAHAHAHAHAHAH betapa bodohnya gadis itu” racau Devan.

“aku bersikap baik kepadanya tetapi dia ingin sekali bermain-main denganku, HAHAHA” racau Devan dengan sendirinya.

“AKU PSIKOPAT, AKU IBLIS, HAHAHAHA, TIDAK ADA YANG BISA MEMBUNUHKU HAHAHA” teriak Devan dengan sangat gila sambil tertawa dengan keras.

Hingga saat ini Devan tidak memberi tahu siapa dirinya yang sebenarnya, dan alasan apa yg membuatnya seperti ini.



~ TAMAT ~


KOMENTAR
Berikan Komentar
Belum ada Komentar
Informasi Terkait