Dalam tafsiran yang lain,
dikatakan bahwa sebenarnya garam
tidak mungkin bisa menjadi tawar.
Ini adalah sebuah kiasan akan
suatu hal yang tidak mungkin terjadi
dan merupakan gambaran suatu
kebodohan yang bisa ditertawakan.
Mana mungkin garam tidak asin?
Dengan apa dia diasinkan? Bukankah
tugas garam memberikan rasa asin?
Nah, kira-kira begitu gambarannya.
Kita bersyukur jika Allah
menjadikan kita sebagai garam dunia.
Allah memilih kita untuk mengenalNya dan menjalankan rencana-Nya.
Allah memberikan tugas yang amat
mulia dan Allah akan memampukan
kita menjalaninya hari demi hari. Jika
kita mengerti betul akan tugas mulia
yang Allah berikan ini, maka kita
tidak akan tidak peduli akan hal ini.
Kita akan mulai tergerak oleh untuk
menjalani hidup yang menyenangkan
Tuhan. Memberontak pada Allah
adalah suatu pilihan bodoh yang
menyusahkan diri sendiri.
Jika orang Kristen tidak tampak
hidup Kristennya, maka ia akan
ditertawakan dunia ini. Jika orang
Kristen justru ingin sekali mirip gaya
orang dunia, maka itu adalah suatu
kebodohan.
Mari renungkan : 1. Kita adalah garam dunia yang tidak
bisa menjadi tawar, kapan kita tidak
menjadi tawar?